Di desa kecil Dusun Gunung Remuk, Kelurahan Ketapang, Banyuwangi, sebuah Rumah Literasi Indonesia muncul dari pemikiran Tunggul Harwanto dan istri. Visi mulia Tunggul dalam Rumah Literasi Indonesia ini ternyata tidak sebatas mengenalkan literasi dalam hal baca tulis saja. Tapi juga sebagai tekad yang kuat untuk membentuk generasi masa depan yang mahir dalam literasi di Indonesia.
Berkunjung ke Rumah Literasi Indonesia cukup menyenangkan. Walau lokasi berada di dalam, namun setiap warga begitu bangga menunjukkan arah jalan ke Desa Literasi Inklusi tempat Rumah Literasi Indonesia berada.
Terlihat bangunan sederhana dengan penuh tatanan buku yang beraneka ragam yang menggelitik kita untuk membacanya. Sambil duduk santai menikmati secangkir teh, pria kelahiran Jembrana, 5 Januari 1987 ini pun membuka cerita bagaimana Rumah Literasi Indonesia ini bisa terwujud.
Keresahan Hati Melihat Banyak Anak Putus Sekolah
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, bahwa di tahun 2011 sangat mencengangkan. Dimana hampir 99,49% anak usia 7-12 tahun di daerah ini tidak melanjutkan pendidikan mereka. Begitupun di usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun persentase yang tidak melanjutkan sekolah lagi sebesar 89,02% dan 53,54%.
Bukan hanya besarnya persentase anak putus sekolah saja, tapi juga pernikahan dini dan kekerasan dalam rumah tangga juga cukup besar. Selain itu karena mau tidak mau harus bekerja, anak-anak tersebut harus puas menjadi tenaga kasar di pelabuhan.
Namun, pada tahun 2019 persentase ini menunjukkan perubahan yang menggembirakan. Dimana tidak ada lagi anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah, meskipun memang masih ada tantangan yang dihadapi pada usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun yaitu sebesar 0,71% dan 20,37%.
SDM masyarakat di Dusun Gunung Remuk juga bukan hanya sebatas berhenti sekolah saja, tapi mereka juga tidak memiliki keahlian lain yang bisa diberdayakan untuk perbaikan masa depan. Lingkungan yang kurang terawat, juga membuat perekonomian di sana kurang dari kata cukup.
Keadaan masyarakat inilah yang akhirnya mengetuk hati Tunggul Harwanto dan istri. Berdua mereka ingin membuat terobosan baru, agar dapat memberdayakan hidup orang lebih baik di Dusun Gunung Remuk.
Berdirilah Wadah Pembelajaran yang Istimewa: Rumah Literasi Indonesia
Walau menghadapi permasalahan yang kompleks, Tunggul Harwanto dan istri bersama-sama mencari jalan demi perubahan masyarakat di Dusun Gunung Remuk ke arah yang lebih baik. Dengan literasi sebagai kekuatan utama, akhirnya berdirilah Rumah Literasi Indonesia pada tahun 2014. Awalnya komunitas literasi yang didirikan bernama Rumah Literasi Banyuwangi dan akhirnya diubah menjadi Rumah Literasi Indonesia.
Dengan niat baik, Tunggul Harwanto mengubah kandang sapi dan gubuk sederhana menjadi tempat belajar literasi untuk masyarakat sekitar. Sederhana tujuannya sebenarnya, agar ada wadah bagi anak-anak muda bergerak dalam pemberdayaan terutama di dunia literasi.
Walau begitu, ternyata tidak semudah yang dipikirkan. Respon masyarakat di Dusun Gunung Remuk banyak yang menolak. Tapi Tunggul tidak mudah menyerah, dengan #SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia setelah tiga tahun perjuangannya akhirnya mulai ada respon positif.
Selain itu juga mulai banyak pihak yang mulai ikut bergerak bersama di Rumah Literasi Indonesia. Dukungan relawan dan pemerintah juga mulai terbentuk dengan sendirinya. Apalagi hal ini merupakan warna baru dari alternatif pendidikan di Banyuwangi. Setiap sore, anak-anak turun dari gunung dan mau belajar giat di Rumah Literasi Indonesia.
Saat ini Rumah Literasi Indonesia sudah berbentuk yayasan yang dikelola oleh 16 orang dengan 10 orang yang sebagai penanggung jawab project.
Program dan Pemberdayaan Berbasis Literasi
Sejak didirikan, Rumah Literasi Indonesia memiliki berbagai program berbasis literasi dengan mengedepankan berpendidikan karakter. Dan kesemuanya terus dijalankan dengan baik hingga saat ini bukan hanya dari segi literasi saja, tapi juga pemberdayaan di berbagai sektor.
Yang pertama dimulai dengan Desa Literasi yang akan lebih memudahkan perbaikan berkelanjutan dari daerah kampung halaman. Seperti Desa Dusun Gunung Remuk yang akhirnya menjadi Desa Literasi Inklusi serta percontohan keberhasilan dalam pemberdayaan desa.
Program yang kedua adalah Gerakan 1000 Rumah Baca. Di mana akan dilakukan sosialisasi agar makin banyak didirikan rumah baca dengan melakukan aktivitas membaca dalam keseharian. Ini termasuk dalam peran penting keluarga dalam pendidikan generasi muda serta penanaman nilai dasar kehidupan yang baik. Dengan momentum ini diharapkan anak-anak dan remaja dapat tumbuh dan berkembang kearah yang positif.
Saat ini, sudah ada 50 rumah baca mandiri yang tersebar di seluruh pedesaan di Banyuwangi. Dan Tunggul masih sangat berharap program impian 1000 rumah baca bisa terwujud di masa depan.
Program yang ketiga adalah Book Buster. Ini adalah program yang akan mengatasi kesenjangan akses terhadap buku bacaan, terutama bagi anak anak dan remaja di daerah. Jadi akan dilakukan pengumpulan donasi buku lalu didistribusikan baik hingga ke pelosok dengan menggandeng klub motor.
Yang terbaru adalah program Wisata Literasi, di mana sehari penuh anak-anak full mendapatkan pembelajaran tematik tentang literasi sesuai keinginannya. Anak-anak juga akan diajak melihat kebun di Dusun Gunung Remuk untuk melihat langsung berbagai macam tanaman sayur dan budidaya lobster..
Selain itu juga ada sekolah literasi, forum Literasik, Relitera, Hiho Enterprise dan masih banyak lagi program di Rumah Literasi Indonesia yang terus rutin dilakukan hingga saat ini.
Kolaborasi Literasi Bersama untuk Menyapa Dunia
Gerakan di Rumah Literasi Indonesia yang sudah berjalan sejak tahun 2014 ini pun mulai dilirik banyak pihak. Respon positif dari masyarakat, relawan, pihak swasta, pemerintah hingga pemerhati luar negeri pun mulai berdatangan.
Seperti tertera dalam 3 pilar dasar gerakan, seluruh kegiatan di Rumah Literasi Indonesia ini selalu melakukan kolaborasi. Karena Tunggul percaya, dengan kolaborasi bersama seluruh kegiatannya akan berhasil dan membawa nafas baru dalam dunia literasi.
Tunggul Harwanto percaya mimpi mewujudkan 1000 Rumah Baca bisa terwujud. Seperti ketika mulai membangun Rumah Literasi Indonesia dan menjadikan Dusun Gunung Remuk menjadi Desa Literasi Inklusi, semua berawal dari mimpi dan tekad yang kuat. Tidak heran kalau Tunggul memang berhak menjadi penerima Satu Indonesia Awards Tahun 2020 tingkat Provinsi.
Perjuangannya tidaklah mudah, tapi tidak ada yang tidak bisa dijalani selama kita berusaha. Termasuk belajar literasi yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari. Demi pembangunan akses setara, mari bersama-sama mewujudkan generasi Indonesia yang lebih baik di masa depan karena #KitaSATUIndonesia.
Berikut hasil wawancara langsung saya ketika berkunjung ke Rumah Literasi Indonesia
Posting Komentar
Posting Komentar