Kalau lihat dari pengalaman saya sendiri, menjadi disabilitas itu memang tidak enak. Serius. Ke sana ke sini dipandang sebelah mata, diliatin mau ngapain saja. Walau sebenarnya itu hal yang biasa, rasa dikasihani itu sangat terasa. Yang tadinya kita tidak apa-apa malah jadi sesuatu yang membuat saya kurang percaya diri.
Ya ini sakit yang tidak ada luka apa-apa bersih di tubuh ya. Apalagi kalau ada bagian luka yang membuat orang takut memegang saya pasti pandangan akan lebih negatif. Iya stigma negatif yang memang sesuatu dan tidak bisa terelakkan lagi :”(. Jadi kebayang sama para disabilitas karena kusta, coba bagaimana negatifnya pandangan orang melihatnya.
Kebayang kan? Lihat kondisi saya saja kadang pada ga mau dekat, apalagi yang ada kustanya meski tidak menular :(. Huhuhu rendahnya pemahaman orang tentang disabilitas memang terasa ini, apalagi semenjak mengalami sendiri menjadi difabel. Fyuh!.
Tahu tidak kalau kasus baru kusta di Indonesia mengalami stagnasi selama 10 tahun terakhir dengan jumlah mencapai 18.000 kasus dna menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Karena itu pemerintah ingin target angka disabilitas kusta berkurang dari 1 orang per 1.000.000 penduduk.
Sebenarnya, kasus kusta ini memang sudah lama dan kurang penanganan. Walau belum sempurna, tetap saja harus bisa mengatasinya. Tidak bisa sendiri tapi harus bersama-sama. Karena bila tidak diatasi dengan baik maka akan mudah menular.
Ruang Publik KBR Bicara Kusta
KBR adalah salah satu yang seringkali menggaungkan permasalahan tentang kusta ini. Apalagi saat pandemi kan makin meningkat para penderita kusta sehingga tidak mendapat penanganan yang baik. Iya ditambah dengan keterlambatan dalam penemuan dan pengobatan kusta, tidak heran kalau pasien kusta tambah banyak sejak pandemi.
Kali ini KBR membuat talk show #SuarauntukIndonesiaBebasKusta pada 25 Juli 2023. Talkshow ini menghadirkan Sasakawa Health Foundation (SHF) dari Jepang yang kebetulan berkunjung ke Indonesia.
Narasumber pada talkshow ini adalah Ms. Aya Tobiki (Chief Program Officer, Hansen's Disease Program, Sasakawa Health Foundation), Asken Sinaga (Executive Director NLR Indonesia) dan Ardi Yansyah (OYPMK dan Ketua Permata Bulukumba).
Saat melihat ulang siaran langsungnya berkat share dari Blogger Crony, saya jadi makin tahu ternyata menangani kasus kusta itu tidak bisa sendiri memang harus bersama-sama. Bersinergi agar tercapai Indonesia bebas kusta.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Ms Aya dari Sasakawa Health Foundation mengatakan bahwa akan terus mendukung Indonesia segera terbebas dari kusta. Tidak heran Sasakawa Health Foundation sudah dari 1970 bersama WHO berupaya menangani kusta di Indonesia. Sasakawa Health Foundation juga merupakan donor oleh NLR.
Saat melihat langsung proyek PEP++ NLR Indonesia di Pasuruan, Indramayu dan Cirebon, dia melihat kalau edukasi sejak di puskesmas sudah dibangun dengan kuat. Memang tidak heran ya kalau Sasakawa Health Foundation terus mendukung NLR Indonesia dalam mengelola program PEP++ dan program kusta lainnya di Indonesia. Ini semua demi tujuan mulia, kusta benar-benar bisa dieleminasi di Indonesia dan bisa mengembalikan martabat manusia apapun kondisi manusia saat itu.
Menjadi Berdaya Kembali Berkat Program NLR
Pak Ardi dari Bulukumba bercerita kalau saat beliau terkena kusta, hampir semua benar-benar menjauh dan itu membuatnya sedih. Tapi dia tidak diam, akhirnya dia bertemu dengan NLR sejak 2018 dan membuat berbagai program agar orang paham apa itu kusta dan kenapa tidak perlu menjauhinya.
Dengan berbagai program NLR seperti program DESAKU ini Pak Ardi terus berusaha berkolaborasi untuk memberikan banyak pelatihan kegiatan bagi masyarakat umum dan bagi para penderita kusta agar bisa berdaya.
Dia pun terus berusaha menghilangkan stigma negatif agar terus bisa tampil percaya diri dan bisa berkarya kembali.
Ini berkat peran NLR yang berusaha menghilangkan GAP yang ada selama ini. Agar kusta dapat tereleminasi hingga di kita saja dna tidak untuk dilanjutkan. Tugas mulia NLR ini juga berupa konselor, partnership, dukungan teknis dan advokasi.
NLR Indonesia terus berusaha bersuara dan mendorong semua pihak agar dapat memanusiakan kembali para penderita kusta. Disabilitas inklusi juga memiliki hak yang sama dalam bermasyarakat dan mendapatkan pekerjaan layak.
Selain itu NLR terus melakukan deteksi dini kusta, mendorong layanan kesehatan agar ditambah, sosialisasi dan pembentukan kelompok peduli AIDS kusta, sehingga pemahaman tentang kusta semakin baik di masyarakat.
Orang dengan sakit kusta terus harus dimanusiakan agar selain dapat mendapatkan obat juga dapat kenyamanan dalam berobat. Jadi disabilitas memiliki hak yang sama. Yuk kita sama-sama!.
Posting Komentar
Posting Komentar